Minggu, 11 Maret 2012

Al qur'an Dan Penyaliban

Al qur’an dengan jelas telah membicarakan tentang kisah berakhirnya Nabi Isa as bersama kaumnya didalam tiga surat, yaitu :

إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya : “(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari ". (QS. Al Imran 55)
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا ﴿١٥٧﴾
بَل رَّفَعَهُ اللّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا ﴿١٥٨﴾
Artinya : “dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa : 157 – 158)
فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Artinya : “Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. Al Maidah : 116 – 117)
Kata-kata "إنى متوفيك"didalam surat Ali Imram dan kata-kata "فلما توفيتنى" didalam surat Al Maidah memberikan pengertian bahwa Nabi isa as telah mati dikarenakan kata tawaffa terdapat didalam Al Qur’an berarti mati sehingga makna inilah yang dipakai didalam ungkapan tentangnya, sebagaimana kata tawaffaitu didalam makna bahasanya berarti menggenggam dan mengambil. Dengan demikian makna "إنى متوفيك" dan
"فلما توفيتنى" berarti “Sesungguhnya aku menggenggammu dari bumi”, sebagaimana dikatakan,”tawaffaitu min fulan maalii alaihi” artinya aku telah memegangnya. Kemudian yatawaffa juga berarti tidur, sebagaimana firman Allah swt didalam surat al An’am :
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُّسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya : “dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Al An’am : 60)
Didalam ayat itu yatawaffa bermakna tidur, sebagaimana penggunaan kata yab’atsu untuk kebangkitan di kehidupan lain setelah kematian di dunia, artinya dibangunkan dari tidur karena itu kemungkinan yang dimaksud dengan kata إنى متوفيك dan فلما توفيتنى bisa berarti tidur sebagai pengganti dari kematian sebagaimana disebutkan diatas.
Adapun ta’wil dari kata ورافعك إلى didalam surat Ali Imran dan يل رفعه الله إليه didalam surat An Nisaa telah ditafsirkan oleh para ahli tafsir bahwa Allah swt mengangkat Isa as ke langit sedangkan kata terkahir يل رفعه الله إليه adalah sebagai informasi tentang kenyataan apa yang dijanjikan Allah kepadanya didalam surat Ali Imran didalam perkataannya إنى متوفيك ورافعك إلى
Didalam Al Qur’an kata raf’u (mengangkat) digunakan untuk sesuatu yang bersifat fisik dan juga non fisik (maknawi). Apabila kata yang dimaksudkan itu adalah pengangkatan yang bersifat fisik maka ini bisa diterima dikarenakan diselamatkannya Isa as dari musuh-musuhnya adalah penyelamatan terhadap ruh dan jasadnya. Dengan demikian pengangkatan yang bersifat fisik yaitu kematian dalam arti sebenarnya atau dalam arti tidur lebih didahulukan dikarenakan pengangkatannya dalam keadaan hidup seperti kehidupan pada umumnya di dunia adalah suatu siksaan baginya, sebagaimana ditunjukkan oleh kenyataan ilmiah bahwa manusia semakin naik ke langit maka ia akan semakin merasa sesak di dadanya dikarenakan sedikitnya oksigen di udara dan juga sebagai pembuktian dari kebenaran firman Allah swt :
يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء
Artinya : “Niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” (QS. Al An’am : 125)
Dari penuturan itu semua menunjukkan bahwa Allah swt telah mengangkat Isa as dan menyelamatkannya dari pembunuhan dan penyaliban yaitu dengan mewafatkannya bisa jadi dengan kematian yang sebenarnya ataupun secara hukum yaitu tidur demi membebaskan dan menyelamatkannya dari penyiksaan yang dialami tubuhnya apabila diangkat dari dunia ke langit masih dalam keadaan hidup seperti kehidupan pada umumnya di dunia atau Nabi Isa saw diangkat dalam keadaan hidup dan masih tetap hidup meskipun tidak diketahui bagaimana keadaannya. (Buhuts wa Fatawa Islamiyah juz IV hal 645 – 646)
Jadi seandainya ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa as diangkat Allah swt dari dunia ke langit dalam keadaan mati maka hal ini pun dimungkinkan sebagaimana makna dari kata إنى متوفيك didalam surat Ali Imran dan فلما توفيتنى didalam surat Al Maidah diatas. Adapun apabila ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa melakukan da’wahnya di Kashmir atau India kemudian meninggal di sana maka tidak ada dalil-dalil yang membuktikan dan membenarkannya dan ada kemungkinan keyakinan ini sengaja disebarkan sebagai alat propaganda orang-orang Nasrani dalam menjalankan praktek-praktek kristenisasinya.
Kesesuaian Al qur’an dengan Fakta sejarah :

Kitab Al Quran menyatakan bahwa Jesus tidak mati dipalang salib. Ia mengungsi dari Palestina setelah penyaliban, tidak pula naik ke langit melainkan pergi keluar negerinya sendiri karena diselamatkan Tuhan. Dikatakan, “Kami telah mengungsikan Jesus dan ibunya ke satu tempat yang tinggi (Al-Mukminum 23.50)”.
Isa termasuk anggota paguyuban Essena di Jerusalem. Pada tahun 1873 ditemukan satu naskah kuno yaitu surat yang ditulis oleh seorang anggota Essena kepada sahabatnya di Alexandria, Mesir. Naskah kuno ini diterbitkan dalam bahasa Inggris tahun 1907. Di dalam surat itu dinyatakan bahwa setelah disalib, Jesus tetap hidup.
Tahun 1957  Kurt Berna, Sekretaris German Institute, menerbitkan buku “Yesus Nicht am Kreuz gestorben (Jesus tidak wafat di kayu salib)” berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan seksama para pakar yang meneliti kain Kafan Turin yang dahulu dipakai membungkus tubuh Jesus setelah disalib. Lalu Panitia peneliti Kafan Turin yang dibentuk oleh Vatikan tahun 1969 mengumumkan hasil sama : Jesus tidak mati disalib.
Didalam Bible sendiri dikatakan bahwa Jesus datang (ke Bhumi) guna mencari 12 domba (=suku) Israel yang sesat dan sebagian besar hidup di negeri bagian timur dunia.
Kepada para muridnya, Jesus berkata, “Adalagi padaku domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib ku bawa dan domba-domba itu kelak mendengar suaraku, lalu menjadi sekawan dan gembalanya seorang saja (Yahya 10.16)”. Ini berarti setelah selamat dari penyaliban, Jesus pergi ke negeri Timur untuk mencari suku-suku Israel yang hilang (tersesat) dan mengajarkan mereka amanat rohani yang dibawanya. Dan ternyata memang demikianlah kejadiannya.
Pernyataan Al Quran bahwa Jesus dan ibunya Maria diungsikan oleh Tuhan ke tempat yang tinggi (AL Mukminum 23.50), berdasarkan bukti-bukti pisik yang ditemukan, jelas yang dimaksud “tempat tinggi” adalah daerah Kashmir di India. Sebab dikatakan lebih lanjut bahwa “tempat tinggi” itu aman, indah dan memiliki banyak mata air. Ini cocoksekali dengan suasana alam Kashmir yang bergunung-gunung dengan pemandangan damai nan indah dan mata air melimpah.
Bahwa Jesus tinggal di Kashmir setelah selamat dari penyaliban, diungkapkan dalam Veda (Bhavisya-Purana) yaitu kisah pertemuannya dengan Raja Shalivahana (=Shalevahin), cucu Raja Vikramaditya, di daerah Huna (dekat kota Srinagar di Kashmir sekarang) yang menjadi wilayah Kerajaannya. Percakapan mereka adalah sebagai berikut; “ko bhavanithi tvam praha sakovaca madanvita isa putram ca mam vidhi kumari garbha sambhavam aham isa masiha nama, Sang Raja bertanya, “Bolehkah saya tahu siapa anda?” Dengan riang yang ditanya menjawab, “Ketahui lah saya adalah putra Tuhan yang lahir dari rahim wanita perawan dan saya dikenal dengan nama Isa Al Masih (Bhavisya-purana, Skanda III Bab 2 sloka 26-27)”.
Lebih lanjut Jesus menjelaskan tentang dirinya, “Wahai sang Raja, saya datang dari negeri jauh dimana kebenaran tidak bisa tinggal lama dan kejahatan sudah merajalela tanpa batas. Saya lahir di masyarakat Amalakit sebagai Al Masih. Karena saya lah orang-orang jahat dan ber dosa menderita, dan saya juga menderita ditangan mereka ( Bhavisya-purana, Skanda III, Bab 2, sloka 29-30)”.
Dikisahkan bahwa ketika Jesus kembali ke India (Kashmir sekarang), ia datang bersama ibunya Maria dan sejumlah pengikutnya. Penduduk setempat menyebut Jesus dengan nama Yuz Asaf, sebab ia akhli menyembuhkan orang-orang sakit (Yuz = pemimpin,akhli, Azaf = tersembuhkan). Jadi Yuz Asaf berarti pemimpin orang-orang yang telah disembuhkan.
Dalam buku “Acts Of Thomas” diceritrakan tentang perjalanan Jesus beserta Thomas di Pakistan (yang pada waktu itu bernama Taxila) dan kunjungan mereka ke istana Raja Gandapura (=Gundafor) tahun 47 Masehi.
Kira-kira 40 km selatan Srinagar terdapat dataran rendah nan luas yang disebut Yuz-marg, padang rumput Jesus. Disinilah beberapa suku Israel bermukim sekitar tahun 722 sebelum masehi. Mereka hidup sebagai gembala/peternak yang sampai saat ini menjadi mata pencaharian penduduk di daerah itu.
Kira-kira 170 km barat kota Srinagar ada kota kecil bernama Mari. Di kota kecil ini terdapat makam ibunda Jesus, makam tua yang disebut “Mai Mari Da Asthan”, peristirahatan terakhir bunda Maria.
Di bagian wilayah tua pusat kota Srinagar yaitu Distrik Khanyar terdapat makam Jesus yang disebut  “Rauza-bal” atau “Roza-bal”, makam sang Nabi. Disini ada  prasasti  yang menyatakan bahwa Yuz Asaf (Isa atau Jesus) datang ke Kashmir puluhan abad silam dan mengabdikan diri pada pencarian kebenaran. Pada batu nisannya tercetak tanda salib, rosary dan dua telapak kakinya yang jelas-jelas menunjukkan bekas-bekas luka disalib.
Makam Jesus (Roza-bal) ini di-bangun oleh muridnya yaitu Thomas sesuai perintah Jesus sebelum wafat. Dimakam ini jenasah Jesus dibaringkan dengan kedua kaki mengarah ke ke barat dan kepala mengarah ke timur sesuai dengan adat orang Yahudi.
Thomas sendiri, sang murid, sesuai perintah Jesus, menyebarkan ajaran sang Nabi di India. Thomas membangun gereja di Malabar, India selatan dan terus ke Mylapur dekat Madras. Dan disini sampai sekarang ada bukit bernama bukit Thomas.
Kitab Persia kuno “Negaris Tam- i Kashmir” menceritrakan bahwa Raja Shalivahana (=Shalevahin) berkata kepada Jesus bahwa jikalau Jesus perlu wanita pendamping (istri) untuk merawat dirinya, beliau siap mencarikan. Dan Jesus setuju. Dikatakan bahwa Jesus kemudian menikah dengan Maria (Maria Magdalena?) dan darinya Jesus memiliki beberapa putra.
Salah satu keturunan Jesus adalah Sahibzada Basharat Salim. Dia menyatakan dengan sangat hati-hati berdasarkan silsilah tertulis leluhurnya yang panjang bahwa Yuz Asaf  (Isa atau Jesus) adalah leluhurnya.
Kitab Persia kuno “Negaris Tam- i Kashmir” menceritrakan bahwa Raja Shalivahana (=Shalevahin) berkata kepada Jesus bahwa jikalau Jesus perlu wanita pendamping (istri) untuk merawat dirinya, beliau siap mencarikan. Dan Jesus setuju. Dikatakan bahwa Jesus kemudian menikah dengan Maria (Maria Magdalena?) dan darinya Jesus memiliki beberapa putra.
Gelar “Kristus” yang ditambahkan dibelakang nama Jesus diperoleh setelah ia datang dari India. Kata ini berasal dari kata “Krishna” yang diucapkan oleh orang-orang Benggali menjadi “Kristo”, lalu berubah menjadi “Kristus”.
Penyair istana Raja Akbar menyebut Jesus sebagai “Aikinam i to Yuz O Kristo, anda yang di panggil dengan nama Yuz atau Kristo”.
Gereja berpegang teguh pada doktrin Paulus, “Jesus mati di salib, terus bangkit dan kemudian naik ke langit (sorga) dan duduk di sisi kanan Tuhan”. Sementara itu, penyelidikan para sarjana terhadap “Kafan Turin” menyatakan bahwa Jesus tidak mati disalib. Menanggapi beda pendapat ini, pada tanggal 30 Juni 1960 Paus John XXII mengeluarkan maklumat berjudul “Keselamatan sempurna tubuh Jesus Kristus”, bahwa keselamatan sempurna umat manusia adalah akibat langsung dari darah Jesus Kristus. Akibatnya, kematiannya dianggap tidak penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar