Kamis, 08 Maret 2012

Cerita Paulus tentang pertemuan dirinya dengan Tuhan Yesus

Persaksian Pertama (kisah para rasul 9:1-8)
“Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.

Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu saura yg berkata : “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”

Jawab Saulus : “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya : “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.

Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, disana akan dikatakan kepadamu, apa yg harus kauperbuat.”

Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun.”

Menurut persaksian pertama, diriwayatkan bahwa sewaktu paulus dan teman-temannya menuju Damsyik, dia telah mengalami sebuah peristiwa yg luar biasa! Menurut pengakuan itu, paulus bersaksi bahwa dia telah bertemu dgn seorang yg diyakininya sbg yesus yg telah tiada. Melalui riwayat persaksiannya yg pertama, maka dua poin penting dari pernyataannya yg perlu digaris bawahi :
1. Pernyataan yg menyatakan bahwa “Ia rebah ke tanah”
2. Pernyataan yg mengatakan bahwa “mereka memang mendengar suara itu, tetapi tdk meilhat seorang juga pun.” Maksudnya, paulus bersaksi bahwa teman-temannya memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat apapun juga, baik berupa cahaya atau lainnya.

Persaksian Kedua (Kisah para rasul 22:6-11)
“Tetapi dalam perjalananku kesana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memercah cahaya yg menyilaukan dari langit mengelilingi aku.

Maka rebahlah aku ketanah dan mendengar suatu suara yg berkata kepadaku : Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?

Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kau aniaya itu.
Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yg berkata kepadaku, tidak mereka dengar.

Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku : Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Disana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yg ditugaskan kepadamu.

Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yg menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.”

Namun menurut persaksian paulus yg kedua, dia ternyata telah meyampaikan riwayat pengakuan yang berbeda dgn persaksian sebelumnya. Dalam pengakuannya yang kedua, paulus mengatakan bahwa “Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yg berkata kepadaku, tidak mereka dengar.” Disini, paulus justru menyatakan bahwa orang-orang yg bersamanya ternyata tdk mendengar apapun juga sehingga bertentangan dgn pengakuannya yang pertama, dalam pengakuannya yang kedua, paulus menyatakan bahwa mereka memang melihat cahaya yg telah dilihatnya itu, tetapi mereka tidak mendengar satu suara pun.

Menurut pengakuannya, terangnya cahaya itu telah menyilaukan mata paulus sehingga sinar itu telah membuat matanya seolah-olah menjadi buta untuk sementara waktu. Dan akibat peristiwa yg dialaminya, maka paulus akhirnya harus dituntun oleh teman-temannya agar bisa sampai ke Damsyik. Mungkin keanehan atau lucunya dalam peristiwa ini bahwa : apabila paulus telah meilhat cahaya yang demikian terang sehingga membutakan matanya untuk sementara waktu, maka bukankah dia sendiri telah menyatakan bahwa teman-temannya juga telah menyaksikan cahaya tersebut? Dan, bukankah akibat terangnya cahaya itu seharusnya telah membutakan mata teman-temannya seperti yg telah dialami paulus? Dengan demikian, apabila paulus yg buta dituntun oleh teman-temannya yang ‘seharusnya’ juga buta akibat cahaya terang tersebut, maka siapakah orang yg telah menuntun mereka semua sampai tiba di Damsyik?

Persaksian Ketiga (Kisah para rasul 26:13-16)

“Tiba-tiba ya Raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang daripada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.

Kami semua rebah ke tanah, dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa ibrani : Saulus, Saulus, mengapa Engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.

Tetapi aku menjawab : Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan : Akulah Yesus, yang kauaniaya itu.

Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Ku-perlihatkan kepadamu nanti.”

Riwayat pengakuan paulus yang ketiga juga bertentangan dengan kedua persaksian sebelumnya. Pertentangan dalam riwayat pengakuannya yang ke tiga tidak lagi soal cahaya yg membutakan mata atau mendengar suara halus tetapi mengenai kondisi lainnya. Apabila pada persaksian yg pertama paulus mengatakan bahwa “Ia rebah ke tanah” (artinya paulus seorang sendiri yg rebah), maka menurut pengakuannya yg ke tiga, dia bersaksi bahwa “kami semua rebah ke tanah”. Artinya bukan paulus seorang saja yg rebah ke tanah, tetapi teman-temannya pula ikut rebah.

Selain itu menurut persaksiannya yg pertama dia menyatakan bahwa “cahaya memancar dari langit mengelilingi dia”. Artinya, cahaya itu memancar dan hanya mengelilingi dia paulus saja. Sedangkan menurut pengakuannya yg ketiga dia mengatakan bahwa cahaya itu telah “meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.” Artinya, bukan paulus seorang saja yg ternyata telah mengalami sebagian atau keseluruhan dari peristiwa yg fenomenal ini!

Melalui pengamatan dengan cara Cross Examination thd ketiga pengakuan tsb, maka peristiwa manakah yg sesungguhnya telah dialami olehnya? Atau, oleh dia dan teman-temannya? Mustahil ketiga pengakuan tsb benar semua dan telah dialami paulus atau teman-temannya di saat yang sama!

Peristiwa yg telah dialami oleh paulus atau mungkin teman-temannya bukanlah suatu peristiwa yg sering terjadi kpd setiap orang di setiap waktu. Maksudnya mustahil seseorang bisa dgn mudah melupakan suatu peristiwa ‘spektakuler’ yang dialaminya sekali atau beberapa kali saja dalam kehidupan. Menurut ilmu kejiwaan bahwa seseorang yg sehat secara fisik dan mental tetapi dia tidak mampu mengungkapkan tentang peristiwa yg pernah dialaminya secara benar, maka dapat disimpulkan bahwa orang itu sedang berdusta.

Peristiwa yang telah dialami paulus adalah penobatan dirinya sbg utusan Yesus as. Mungkinkah paulus lupa dalam meriwayatkan penting itu? Padahal paulus berkali-kali menyatakan dalam suratnya bahwa dia hanya menyampaikan pengajaran yg telah diterimanya melalui bimbingan kuasa ‘Roh Kudus.’

“Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yg meyakinkan, tetapi dgn keyakinan akan kekuatan Roh, ( 1 korintus 2:4)

“Kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.” (1 Korintus 2:13)

“Sebab injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yg kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.” (1 Tesalonika 1:5)

Dengan demikian, apabila seluruh pernyataan paulus memang telah diterimanya melalui ‘kuasa Roh Kudus’ Maka ‘lupa’ segarusnya merupakan hal yg mustahil bisa terjadi, terutama ketika dia menyampaikan ajarannya kpd orang lain yg seharusnya saat itu dia pun sedang menerima bimbingan dari ‘Roh’ yang sama. Alternatif lain utk memecahkan masalah ini adalah dgn mengasumsikan bahwa penulis kitab kisah para rasul yang menurut kristen telah ditulis melalui bimbingan ilahiat telah salah dalam meriwayatkan peristiwa tsb. Jika benar, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa si penulis pun telah salah dalam meriwayatkan peristiwa-peristiwa lainnya.

Apabila demikian, maka bukan penulis kitab para rasul saja yg bisa berbuat kesalahan dalam meriwayatkan suatu peristiwa, tapi seluruh kitab perjanjian baru pun terbuka thd kemungkinan yg sama. Sebab, seluruh kitab-kitab itu faktanya telah ditulis oleh orang-orang yang diasumsikan bisa berbuat kesalahan di saat mereka menyampaikan ajaran Tuhan.

Apabila penilaian thd keontetikan kitab perjanjian baru ini salah, yakni seluruh isi kitab perjanjian baru itu benar, maka asumsi terakhir dari permasalahan ini bisa sejalan dgn rasionalitas dan realitas. Dan, satu-satunya kemungkinan tsb bahwa paulus telah berdusta dalam meriwayatkan peristiwa pengangkatannya sbg utusan yesus. Maksudnya, seluruh riwayat pengakuannya sbg utusan yesus hanyalah khayalan tingkat tinggi atau fabrikasi dipikirannya saja ; baik disengaja maupun tidak disengaja. Namun, mengingat paulus sendiri menyatakan bahwa teman-temannya juga ikut mengalami entah keseluruhan atau sebagian dari peristiwa tsb, maka faktor ketidaksengajaan atau khilaf pun menjadi tersisihkan.

Dengan demikian, mungkinkah paulus telah membuat suatu ‘kesepakatan dusta’ bersama teman-temannya untuk merekayasa suatu cerita palsu tentang penobatannya sbg utusan yesus? Dan jika paulus bukan utusan yesus yg sebenarnya, maka hal itu membuktikan bahwa dia adalah utusan yesus yg palsu. Langkah selanjutnya adalah menelusuri kembali tentang peran dan latar belakangnya sebelum paulus ‘dinobatkan’ (atau menobatkan dirinya) sbg utusan yesus.

Pertanyaan terakhir,kenapa begitu terlihat cahaya menyilaukan dilangit yg diikuti suara,Paulus langsung menuduh itu tuhan,bukannya jin,malaikat ataupun setan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar