Jumat, 23 Maret 2012

BAGAIMANA DOKTRIN TRITUNGGAL BERKEMBANG ?

Banyak  orang  berpikir bahwa ini dirumuskan pada
Konsili di Nicea pada tahun 325 M.
 
Tetapi, hal itu tidak sepenuhnya tepat. Konsili Nicea memang
meneguhkan  bahwa  Kristus adalah dari zat yang sama seperti
Allah, dan hal ini menjadi fondasi untuk teologi  Tritunggal
di   kemudian   hari.  Tetapi  konsili  ini  tidak  menyusun
Tritunggal, karena  dalam  konsili  itu  sama  sekali  tidak
disebutkan  mengenai  roh  kudus sebagai pribadi ketiga dari
suatu Keilahian tiga serangkai.

                                 Peranan Konstantin di Nicea
------------------------------------------------------------
 
SELAMA  bertahun-tahun,  ada  banyak  tentangan  atas  dasar
Alkitab  terhadap  gagasan yang makin berkembang bahwa Yesus
adalah Allah. Dalam upaya untuk mengakhiri  pertikaian  itu,
penguasa  Roma  Konstantin  memanggil  semua uskup ke Nicea.
Yang  hadir  kira-kira  300,  sebagian  kecil  dari   jumlah
keseluruhan.
 
Konstantin   bukan   seorang  Kristen.  Menurut  dugaan,  ia
belakangan  ditobatkan,  tetapi  baru  dibaptis  pada  waktu
sedang  terbaring  sekarat. Mengenai dirinya, Henry Chadwick
mengatakan dalam  The  Early  Church:  "Konstantin,  seperti
bapanya,  menyembah  Matahari  Yang  Tidak  Tertaklukkan;...
pertobatannya hendaknya tidak ditafsirkan sebagai pengalaman
kerelaan  yang  datang  dari  batin...  Ini  adalah  masalah
militer. Pengertiannya mengenai doktrin Kristen tidak pernah
jelas   sekali,  tetapi  ia  yakin  bahwa  kemenangan  dalam
pertempuran bergantung pada karunia dari  Allah  orang-orang
Kristen."
 
Peranan  apa  yang dimainkan oleh kaisar yang tidak dibaptis
ini di Konsili Nicea? Encyclopaedia Britannica menceritakan:
"Konstantin  sendiri  menjadi  ketua,  dengan aktif memimpin
pertemuan dan secara pribadi mengusulkan... rumusan  penting
yang  menyatakan  hubungan  Kristus dengan Allah dalam kredo
yang dikeluarkan  oleh  konsili  tersebut,  'dari  satu  zat
dengan  Bapa'...  Karena  sangat segan terhadap kaisar, para
uskup, kecuali dua orang  saja,  menandatangani  kredo  itu,
kebanyakan dari mereka dengan sangat berat hati."
 
Karena  itu,  peran  Konstantin  penting sekali. Setelah dua
bulan debat agama yang sengit, politikus  kafir  ini  campur
tangan  dan  mengambil keputusan demi keuntungan mereka yang
mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi  mengapa?  Pasti
bukan karena keyakinan apapun dari Alkitab. "Konstantin pada
dasarnya      tidak      mengerti      apa-apa       tentang
pertanyaan-pertanyaan  yang  diajukan dalam teologi Yunani,"
kata A Short History of Christian  Doctrine.  Yang  ia  tahu
adalah   bahwa   perpecahan  agama  merupakan  ancaman  bagi
kekaisarannya, dan ia ingin memperkuat wilayah kekuasaannya.
 
Namun, tidak seorang uskup pun di  Nicea  mengusulkan  suatu
Tritunggal.  Mereka hanya memutuskan sifat dari Yesus tetapi
bukan peranan roh kudus.  Jika  suatu  Tritunggal  merupakan
kebenaran  Alkitab  yang  jelas,  tidakkah mereka seharusnya
mengusulkannya pada waktu itu?

                                    Perkembangan Selanjutnya
------------------------------------------------------------
 
SETELAH Konsili Nicea, perdebatan mengenai pokok  ini  terus
berlangsung  selama puluhan tahun. Mereka yang percaya bahwa
Yesus tidak setara dengan Allah bahkan mendapat  angin  lagi
untuk  beberapa  waktu.  Namun belakangan, Kaisar Theodosius
mengambil keputusan menentang mereka.  Ia  meneguhkan  kredo
dari  Konsili  Nicea  sebagai  standar  untuk  daerahnya dan
mengadakan Konsili Konstantinopel pada tahun  381  M.  untuk
menjelaskan rumus tersebut.
 
Konsili  tersebut  menyetujui  untuk  menaruh roh kudus pada
tingkat yang sama dengan Allah dan  Kristus.  Untuk  pertama
kali,  Tritunggal  Susunan  Kristen  mulai  terbentuk dengan
jelas.
 
Tetapi, bahkan setelah  Konsili  Konstantinopel,  Tritunggal
tidak  menjadi kredo yang diterima secara luas. Banyak orang
menentangnya dan karena itu mengalami penindasan yang kejam.
Baru  pada  abad-abad belakangan Tritunggal dirumuskan dalam
kredo-kredo   yang   tetap.   The   Encyclopedia   Americana
mengatakan:   "Perkembangan  penuh  dari  ajaran  Tritunggal
terjadi di Barat, pada  pengajaran  dari  Abad  Pertengahan,
ketika  suatu  penjelasan  dari  segi filsafat dan psikologi
disetujui."

                                             Kredo Athanasia
------------------------------------------------------------
 
TRITUNGGAL   didefinisikan   lebih   lengkap   dalam   Kredo
Athanasia.  Athanasius adalah seorang pendeta yang mendukung
Konstantin di Nicea. Kredo yang  memakai  namanya  berbunyi:
"Kami  menyembah  satu  Allah  dalam Tritunggal... sang Bapa
adalah Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh  Kudus  adalah
Allah; namun mereka bukan tiga allah, tetapi satu Allah."
 
Tetapi, para sarjana yang mengetahui benar masalahnya setuju
bahwa  Athanasius  tidak  menyusun  kredo   ini.   The   New
Encyclopasdia   Britannica  mengomentari:  "Kredo  itu  baru
dikenal oleh Gereja Timur pada abad ke-12. Sejak abad ke-17,
para sarjana pada umumnya setuju bahwa Kredo Athanasia tidak
ditulis oleh Athanasius (meninggal tahun 373) tetapi mungkin
disusun di Perancis Selatan pada abad ke-5... Pengaruh kredo
itu tampaknya terutama ada di Perancis Selatan  dan  Spanyol
pada  abad ke-6 dan ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja
di Jerman pada abad ke-9 dan kira-kira  tidak  lama  setelah
itu di Roma."
 
Jadi  dibutuhkan waktu berabad-abad sejak zaman Kristus bagi
Tritunggal untuk dapat diterima secara  luas  dalam  Susunan
Kristen.  Dan  dalam semua hal tersebut, apa yang membimbing
keputusan-keputusannya? Apakah  Firman  Allah,  atau  apakah
pertimbangan  para  pendeta  dan  politik?  Dalam Origin and
Evolution of Religion, E.  W.  Hopkins  menjawab:  "Definisi
ortodoks yang terakhir dari tritunggal sebagian besar adalah
masalah politik gereja."

                                      Kemurtadan Dinubuatkan
------------------------------------------------------------
 
SEJARAH yang tidak baik dari Tritunggal ini cocok dengan apa
yang Yesus dan rasul-rasulnya nubuatkan akan terjadi setelah
zaman mereka. Mereka mengatakan bahwa akan  ada  kemurtadan,
penyelewengan,   penyimpangan   dari  ibadat  sejati  sampai
kembalinya Kristus, yaitu saat ibadat sejati akan dipulihkan
sebelum    hari    manakala    Allah   membinasakan   sistem
perkara-perkara ini tiba.
 
Mengenai "Hari" itu, rasul Paulus mengatakan: "Sebelum  Hari
itu  haruslah  datang  dahulu murtad dan haruslah dinyatakan
dahulu manusia durhaka. " (2 Tesalonika 2: 3, 7) Belakangan,
ia  menubuatkan:  "Sesudah aku pergi, serigala-serigala yang
ganas akan  masuk  ke  tengah-tengah  kamu  dan  tidak  akan
menyayangkan  kawanan  itu.  Bahkan dari antara kamu sendiri
akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu  mereka
berusaha  menarik  murid-murid  dari  jalan  yang  benar dan
supaya mengikut mereka." (Kisah 20:29, 30) Murid-murid Yesus
yang  lain  juga  menulis  mengenai  kemurtadan  ini  dengan
golongan  pendetanya  yang  "durhaka."-Lihat,  misalnya,   2
Petrus 2: 1; 1 Yohanes 4:1-3; Yudas 3, 4.
 
Paulus  juga  menulis:  "Akan  datang  waktunya, orang tidak
dapat  lagi  menerima  ajaran  sehat,  tetapi  mereka   akan
mengumpulkan  guru-guru  menurut kehendaknya untuk memuaskan
keinginan telinganya.  Mereka  akan  memalingkan  telinganya
dari  kebenaran  dan  membukanya  bagi dongeng." -2 Timotius
4:3, 4.
 
Yesus sendiri menjelaskan siapa yang ada di balik kemurtadan
dari  ibadat  sejati.  Ia  mengatakan bahwa ia telah menabur
benih yang baik tetapi musuhnya, Setan, akan menabur  lalang
di  ladang.  Maka  ketika  muncul tunas pertama dari gandum,
muncul juga  lalang.  Jadi,  penyimpangan  dari  Kekristenan
sejati  harus  diharapkan  terjadi sampai tiba musim menuai,
pada waktu Kristus akan membereskan perkara-perkara. (Matius
13:24-43)  The  Encyclopedia Americana mengomentari: "Ajaran
Tritunggal dari abad ke-4 tidak dengan saksama  mencerminkan
ajaran   Kristen   yang   mula-mula  mengenai  sifat  Allah;
sebaliknya, ini adalah penyimpangan dari  ajaran  tersebut."
Maka, dari mana asalnya penyimpangan ini?-1 Timotius 1: 6

                               Apa yang Mempengaruhi Hal Itu
------------------------------------------------------------
 
DI  SELURUH dunia zaman purba, di Babel dulu, jibadat kepada
dewa-dewa kafir yang  dikelompokkan  dalam  tiga  serangkai,
sangat  umum.  Pengaruh  itu juga umum di Mesir, Yunani, dan
Roma pada abad-abad sebelum, selama,  dan  setelah  Kristus.
Dan   setelah   rasul-rasul   meninggal,  kepercayaan  kafir
tersebut menyusup ke dalam Kekristenan.
 
Sejarawan  Will  Durant   mengatakan:   "Kekristenan   tidak
memusnahkan  kekafiran;  ia menerimanya... Dari Mesir datang
gagasan mengenai trinitas ilahi." Dan  dalam  buku  Egyptian
Religion,  Siegfried  Morenz  berkata: "Tritunggal merupakan
hal yang terutama menyita  perhatian  para  teolog  Mesir...
Tiga  allah  digabung  dan diperlakukan seperti satu pribadi
tunggal,  disapa  dalam  bentuk  tunggal.  Dengan  cara  ini
kekuatan  rohani  dari  agama  Mesir memperlihatkan hubungan
yang langsung dengan teologi Kristen."
 
Jadi, di Aleksandria, Mesir, tokoh-tokoh gereja  dari  akhir
abad  ketiga dan permulaan abad keempat, seperti Athanasius,
memperlihatkan pengaruh ini  pada  waktu  mereka  merumuskan
ide-ide  yang  mengarah  kepada  Tritunggal. Pengaruh mereka
sendiri  meluas,   sehingga   Morenz   menganggap   "teologi
Aleksandria  sebagai  penghubung  antara warisan agama Mesir
dan Kekristenan."
 
Dalam kata  pengantar  buku  History  of  Christianity  dari
Edward  Gibbon,  kita  membaca:  "Jika Kekafiran ditaklukkan
oleh Kekristenan, halnya juga benar bahwa Kekristenan  telah
dirongrong   oleh   Kekafiran.  Keilahian  yang  murni  dari
orang-orang Kristen yang mula-mula...  diubah,  oleh  Gereja
Roma,  menjadi  dogma  trinitas yang tidak dapat dimengerti.
Banyak  dari  kepercayaan  kafir,   yang   diciptakan   oleh
orang-orang  Mesir  dan diidealkan oleh Plato, dipertahankan
sebagai sesuatu yang patut dipercayai."
 
A  Dictionary  of  Religious  Knowledge   menyatakan   bahwa
Tritunggal  "adalah  suatu  penyelewengan yang dipinjam dari
agama-agama kafir, dan dicangkokkan ke dalam iman  Kristen."
Dan  The  Paganism  in  Our Christianity berkata: "Asal usul
[Tritunggal] seluruhnya kafir."
 
Itu sebabnya, dalam Encyclopedia  of  Religion  and  Ethics,
James  Hastings  menulis:  "Dalam  agama di India, misalnya,
kita temukan kelompok  tiga  serangkai  Brahma,  Syiwa,  dan
Wisnu; dan dalam agama Mesir kelompok tiga serangkai Osiris,
Isis, dan  Horus...  Bukan  hanya  dalam  agama-agama  dalam
sejarah,   kita   temukan   Allah   dianggap  sebagai  suatu
Tritunggal.  Kita  khususnya   dapat   mengingat   pandangan
Neo-Platonik  mengenai  Realitas  yang  Paling Tinggi," yang
"diwakili secara tiga serangkai." Apa hubungan antara filsuf
Yunani Plato dengan Tritunggal?

                                                  Platonisme
------------------------------------------------------------
 
PLATO,  menurut  perkiraan,  hidup dari tahun 428 sampai 347
sebelum Kristus. Meskipun ia  tidak  mengajarkan  Tritunggal
dalam  bentuknya  yang  sekarang,  filsafatnya membuka jalan
untuk  itu.  Belakangan,  gerakan  filsafat  yang   mencakup
kepercayaan    kepada   kelompok-kelompok   tiga   serangkai
bermunculan, dan semua ini dipengaruhi  oleh  gagasan  Plato
mengenai Allah dan alam.
 
Nouveau Dictionnaire Universel (Kamus Universal Baru) bahasa
Perancis   mengatakan   mengenai   pengaruh   dari    Plato:
"Tritunggal   menurut   Plato,   yang   sebenarnya  hanyalah
penyusunan kembali dari tritunggal-tritunggal yang lebih tua
dan berasal dari orang-orang zaman dulu, tampaknya merupakan
tritunggal yang rasional dan filosofis dari sifat-sifat yang
melahirkan  ketiga  hypostase  (zat) atau pribadi ilahi yang
diajarkan oleh gerejagereja Kristen... Konsep filsuf  Yunani
mengenai  trinitas  ilahi ini... dapat ditemukan dalam semua
agama [kafir] kuno."
 
The New Schaff-Herzog Encyclopedia  of  Religious  Knowledge
memperlihatkan  pengaruh  dari filsafat Yunani ini: "Doktrin
mengenai  Logos  dan  Tritunggal  menerima  bentuknya   dari
Bapa-Bapa   Yunani,   yang...   sangat  dipengaruhi,  secara
langsung atau tidak langsung, oleh filsafat  Plato...  Bahwa
kesalahan dan kerusakan menyusup ke dalam Gereja dari sumber
ini tidak dapat disangkal."
 
The Church of the First Three Centuries mengatakan: "Doktrin
Tritunggal  dibentuk  secara  bertahap  dan  baru belakangan
terhitung;... ia berasal dari sumber yang sama sekali  tidak
dikenal  dalam Kitab-Kitab Suci Yahudi maupun Kristen;... ia
tumbuh,  dan  dicangkokkan  ke  dalam  Kekristenan,  melalui
tangan Bapa-Bapa pengikut Plato."
 
Menjelang  akhir  abad ketiga M., "Kekristenan" dan filsafat
Plato  yang  baru,   berpadu   secara   tidak   terpisahkan.
Sebagaimana  dinyatakan  Adolf Harnack dalam Outlines of the
History of Dogma, doktrin gereja  kemudian  "berakar  dengan
kuat  di  tanah  Hellenisme  [paham  Yunani  kafir].  Dengan
demikian ini menjadi suatu misteri bagi bagian terbesar dari
orang-orang Kristen."
 
Gereja mengaku bahwa doktrin-doktrin barunya didasarkan atas
Alkitab.  Namun  Harnack  mengatakan:  "Dalam  kenyataan  di
kalangannya sendiri [gereja] mengesahkan spekulasi Hellenik,
pandangan dan  kebiasaan  takhyul  dari  ibadat  kafir  yang
bersifat misteri."
 
Dalam buku A Statement of Reasons, Andrews Norton menyatakan
tentang Tritunggal: "Kita dapat menelusuri  sejarah  doktrin
ini  dan  menemukan  sumbernya,  bukan  dalam wahyu Kristen,
melainkan dalam filsafat Plato... Tritunggal  bukan  doktrin
dari  Kristus dan Rasul-Rasulnya, melainkan suatu fiksi dari
sekolah para pengikut Plato."
 
Jadi, pada abad keempat M., kemurtadan yang dinubuatkan oleh
Yesus  dan  para  rasul mulai berkembang penuh. Perkembangan
dari Tritunggal hanya satu  bukti  dari  ini.  Gereja-gereja
yang  murtad juga mulai menganut gagasan kafir lain, seperti
api neraka, kekekalan jiwa, dan penyembahan berhala.  Secara
rohani,    Susunan    Kristen   telah   memasuki   abad-abad
kegelapannya yang telah dinubuatkan, dikuasai oleh  golongan
pendeta  "manusia  durhaka"  yang  terus  bertambah besar.-2
Tesalonika 2:3, 7.

               Mengapa Nabi-Nabi Allah Tidak Mengajarkannya?
------------------------------------------------------------
 
MENGAPA,  selama  ribuan  tahun,  tidak  seorang  pun   dari
nabi-nabi  Allah  mengajarkan  umat-Nya mengenai Tritunggal?
Pada kesempatan terakhir, tidakkah  Yesus  akan  menggunakan
kecakapannya sebagai Guru Agung untuk menjelaskan Tritunggal
kepada  para  pengikutnya?  Apakah  Allah  akan   mengilhami
ratusan   halaman   dari  Alkitab  namun  tidak  menggunakan
pengajaran ini untuk mengajarkan  Tritunggal  jika  hal  itu
memang "doktrin utama" dari iman?
 
Apakah  orang-orang Kristen harus percaya bahwa berabad-abad
setelah Kristus dan setelah  mengilhami  penulisan  Alkitab,
Allah  akan  mendukung  perumusan  suatu  doktrin yang tidak
dikenal oleh hamba-hamba-Nya selama  ribuan  tahun,  doktrin
yang  merupakan  "misteri  yang  tidak dapat dimengerti" "di
luar jangkauan akal manusia," doktrin yang diakui  mempunyai
latar  belakang  kafir  dan  "sebagian  besar adalah masalah
politik gereja?"
 
Bukti dari sejarah sudah  jelas:  Ajaran  Tritunggal  adalah
penyimpangan dari kebenaran, kemurtadan darinya.
 
------------------------------------------------------------
HARUSKAH ANDA PERCAYA KEPADA TRITUNGGAL?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar