Jumat, 09 Maret 2012

Pewahyuan Al Qur'an

Keseluruhan isi Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt pada manusia melalui perantaraan wahyu-wahyu yang disampaikan kepada Muhammad Saw, menurut mayoritas ulama, dalam kurun waktu 22 tahun, 22 bulan, dan 22 hari. Pakar tafsir Al-Qur’an M Quraish Shihab membagi kurun waktu yang cukup panjang itu ke dalam tiga periode, yaitu :
Periode pertama, berlangsung sekitar 4-5 tahun dan diawali dengan turunnya wahyu pertama QS Al-Alaq :1-5. Kandungan surat-surat Al-Qur’an yang diturunkan dalam periode ini umumnya berisikan pendidikan bagi Rasul Saw dalam membentuk kepribadian beliau sebagai utusan Allah Swt, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah, serta keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islami dan bantahan secara umum terhadap pandangan hidup jahiliyyah yang dianut oleh masyarakat Arab pada masa itu.
Dalam periode awal ini, Rasul Saw melakukan dakwah secara tertutup di lingkungan komunitas terbatas dan hasilnya adalah segolongan kecil masyarakat menerima dengan baik ajaran Al-Qur’an, mayoritas menolak karena kebodohan atau kekukuhan mereka mempertahankan tradisi leluhur, atau karena sebab-sebab lain yang bersifat personal, dan dalam kurun waktu ini; dakwah Al-Qur’an telah melampaui perbatasan Mekah menuju daerah-daerah di sekitarnya.
Periode kedua, berlangsung selama 8-9 tahun., pada periode inilah terjadi konfrontasi frontal antara masyarakat penganut Al-Qur’an versus masyarakat jahiliyyah. Fitnah, intimidasi, dan penganiayaan fisik terhadap umat Islam memaksa mereka berhijrah ke Habsyah dan akhirnya seluruh Muslimin, termasuk Rasul Saw, hijrah ke Medinah.
Ayat-ayat Qur’an yang turun pada periode ini bersikan kecaman dan ancaman keras terhadap kaum musyrikin juga argumentasi-argumentasi mengenai keesaan Allah serta kepastian akan datangnya hari Kiamat.
Periode ketiga, berlangsung selama 10 tahun dan merupakan masa dimana para pemeluk Islam telah dapat secara merdeka melaksanakan ajaran-ajaran agama mereka di Yatsrib. Ayat-ayat yang turun dalam periode ini berisikan pedoman kemasyarakatan Islami, pelarangan terhadap perbuatan-perbuatan keji berikut dampak negatif yang menyertainya, tuntunan akhlak mulia, panduan dakwah dan toleransi sosial.
Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasul Saw dengan berbagai cara (Machmud Ranusemito, 2000); antara lain dengan mewujudkan diri sebagai manusia, mentranfer langsung ke kalbu Rasul, atau dalam bentuk suara gemerincing ke pendengaran beliau. Dua cara terakhir ini sangat berat hingga diriwayatkan Nabi Saw sampai banjir keringat saat menerimanya. Wahyu yang diturunkan langsung terhafal oleh Rasul Saw dan disampaikan kepada para sahabat beliau yang langsung menghafalkannya juga.
Keajaiban lain dalam proses penurunan ayat-ayat Qur’an adalah tidak langsung tersusun dalam satu surat. Berulangkali terjadi satu surat baru lengkap ayat-ayatnya setelah diselingi turunnya surat-surat lain (Machmud Ranusemito, 2000). Misalnya, surat Al-Alaq yang terdiri dari 19 ayat, setelah turun 5 ayat pertama setelah disela terdahulu oleh turunnya surat Al-Fatihah dan surat / ayat lain sebelum utuh menjadi 19 ayat. Surat Al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat konon turun di Medinah dan baru lengkap seluruh ayatnya setelah 9 tahun berlalu. Sementara surat Al-Ma’idah yang turun di Medinah, salah satu ayatnya (QS 5:3) diwahyukan di Arafah pada saat khutbah Haji Wada’.
Lantas bagaimana surat-surat yang ayat-ayatnya tidak diturunkan secara berurutan itu bisa disatukan dengan utuh dan tepat? Adalah Jibril yang memberitahukan sistematika penyusunan surat pada Rasul Saw, salah satunya dengan metode mudarasah (bergantian membacakan dan mendengarkan Al-Qur’an) secara intensif pada malam-malam Ramadhan yang berlangsung sampai menjelang wafatnya Rasul Saw. Dengan demikian tak ada peluang untuk terjadinya kekeliruan sekecil apapun, apalagi karena Rabb Azza wa Jalla telah memaklumatkan Diri sebagai penjaga Al-Qur’an sampai akhir zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar